PesonaKalimantan – Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) melalui program Mangrove for Life dengan support dana dari PT Freeport Indonesia kerja sama dengan Universitas Lambung Mangkurat (ULM), menggandeng Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan serta Kelompok Tani Hutan (KTH) Tambak Sabalai untuk melaksanakan kegiatan penanaman mangrove .
Kegiatan penanaman tahap awal ini berada dalam Kemitraan konsesi PT Inhutani I seluas 5 Hektare, dan merupakan bagian dari kawasan prioritas restorasi mangrove nasional seluas 397 hektare. Yang kini akan menjadi areal rehabilitasi di Desa Sabuhur, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Senin (2/6).
Penanaman ini menjadi simbol komitmen kolektif untuk menjaga dan memulihkan ekosistem pesisir yang kini rentan akibat abrasi dan dampak perubahan iklim. Melalui kolaborasi lintas sektor, upaya rehabilitasi ini diharapkan dapat memperkuat daya dukung lingkungan serta mendorong perlindungan kawasan pesisir secara berkelanjutan. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi implementasi nyata dari agenda nasional dalam mendukung target restorasi mangrove sebagai bagian dari program pemulihan lingkungan nasional.
Kegiatan penanaman turut dihadiri oleh berbagai unsur, mulai dari akademisi, masyarakat lokal, pelaku usaha, hingga organisasi lingkungan. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan, Fathimatuzzahra, S.Hut., MP., hadir langsung di lapangan dan melakukan penanaman bibit mangrove bersama perwakilan Menteri Lingkungan Hidup RI, Dr. Rasio Ridho Sani, S.Si., M.Com., MPM., selaku Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan serta Presiden Direktur PT. Freeport Indonesia, Tony Wenas, Kegiatan ini menunjukkan semangat kolaboratif antarlembaga dalam menggerakkan aksi nyata bagi lingkungan.
“Penanaman mangrove hari ini bukan sekadar seremoni. Ini adalah bagian penting dari upaya konservasi berkelanjutan yang melibatkan sinergi antara pemerintah dan masyarakat. Dengan cuaca yang sedikit gerimis, akan tetapi semangat dan partisipasi semua pihak patut diapresiasi,” ungkap Fathimatuzzahra.
Fathimatuzzahra juga menekankan pentingnya hutan mangrove tidak hanya dari aspek ekologis sebagai pelindung pesisir dan penyerap karbon, tetapi juga dari sisi ekonomi. Ia menyebut potensi besar dari ekowisata, budidaya kepiting bakau, dan pengolahan produk turunan mangrove sebagai peluang yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan pesisir.
Kegiatan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi wilayah pesisir lain di Kalimantan Selatan untuk mengembangkan inisiatif serupa. Keberhasilan rehabilitasi kawasan mangrove di Desa Sabuhur diharapkan menjadi contoh praktik baik dalam pemulihan lingkungan yang berbasis kolaborasi multisektor dan pemberdayaan masyarakat secara inklusif dan berkelanjutan.