BI Gelontorkan Rp200 Triliun, Bantu Pemerintah Kendalikan Utang
PesonaKalimantan – Bank Indonesia (BI) kembali memainkan peran penting dalam menopang program ekonomi kerakyatan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Melalui skema burden sharing atau pembagian beban bunga bersama Kementerian Keuangan, BI telah membeli Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp200 triliun di pasar sekunder.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, langkah ini sejalan dengan program “Asta Cita” yang menitikberatkan pada perumahan rakyat dan penguatan koperasi desa. Dana hasil pembelian SBN akan dialokasikan langsung ke program-program tersebut, sehingga beban bunga utang tidak sepenuhnya ditanggung negara.
“Untuk sektor perumahan rakyat, beban bunga ditanggung bersama sekitar 2,9%, sedangkan koperasi desa sekitar 2,15%. Formulanya, bunga SBN tenor 10 tahun dikurangi hasil penempatan pemerintah di perbankan, lalu sisanya dibagi dua,” ungkap Perry dalam keterangannya, dikutip dari Suara.com.
Utang Lama & Likuiditas Moneter
BI juga menyiapkan langkah debt switching atau pertukaran utang untuk mengatasi beban jatuh tempo dari era pandemi. Bank sentral berencana membeli SBN hingga Rp150 triliun guna memperluas likuiditas moneter sekaligus meredam tekanan fiskal.
Penopang Program Perumahan Murah
Dukungan BI paling besar diarahkan pada agenda perumahan murah. Tercatat Rp130 triliun dialirkan untuk mendukung pembangunan tiga juta rumah per tahun, sejalan dengan target Asta Cita. Selain itu, insentif likuiditas juga diberikan ke sektor perbankan agar lebih agresif menyalurkan kredit perumahan.
Realisasi Hingga Agustus 2025
Hingga pertengahan Agustus, BI sudah menyerap SBN senilai Rp186 triliun. Rinciannya: Rp137,8 triliun di pasar sekunder dan Rp48,26 triliun melalui pembelian Surat Perbendaharaan Negara (SPN) di pasar primer.
Langkah agresif ini, sebagaimana dilaporkan Suara.com, menjadi penopang utama fiskal pemerintahan Prabowo, di tengah kebutuhan dana besar untuk membiayai program rakyat sekaligus menjaga stabilitas pasar keuangan.
