PesonaKalimantan – Bank Indonesia (BI) kembali memperkuat dukungannya terhadap sektor perbankan nasional dengan menyalurkan dana likuiditas sebesar Rp376 triliun hingga awal Juli 2025. Dana ini diberikan melalui skema Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) sebagai upaya mendorong penyaluran kredit ke sektor-sektor produktif yang menjadi prioritas pembangunan nasional.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan bahwa kebijakan tersebut ditujukan untuk memacu bank-bank menyalurkan pembiayaan ke sektor riil demi mendukung pemulihan ekonomi.
“Dana insentif diarahkan ke sektor-sektor strategis seperti pertanian, perumahan rakyat, konstruksi, perdagangan, industri, UMKM, hingga ekonomi hijau,” ujar Perry dalam konferensi pers pada Rabu (17/7/2025).
Dari total dana yang dikucurkan, bank milik negara (BUMN) menjadi penerima terbesar dengan penyerapan Rp167,1 triliun. Bank swasta nasional menyusul dengan Rp166,7 triliun, sementara Bank Pembangunan Daerah (BPD) menerima Rp36,8 triliun, dan cabang bank asing sebesar Rp5,8 triliun.
Insentif ini diharapkan dapat memperbesar ruang gerak perbankan untuk lebih agresif dalam menyalurkan kredit kepada sektor-sektor yang mampu menciptakan lapangan kerja dan menggerakkan roda ekonomi.
Meski likuiditas semakin longgar, pertumbuhan kredit perbankan pada Juni 2025 tercatat melambat menjadi 7,77 persen (year-on-year), turun dari 8,43 persen pada Mei 2025. Kondisi ini disebabkan oleh sikap hati-hati industri perbankan serta kecenderungan bank menempatkan dana pada surat berharga.
Namun BI masih optimistis. Pertumbuhan kredit tahun 2025 diperkirakan akan berada di kisaran 8–11 persen, seiring dengan penyesuaian strategi dan penguatan kebijakan insentif untuk mempercepat pembiayaan sektor riil.