
PesonaKalimantan.com, Hulu Sungai Tengah — Siapa sangka, desa yang pernah dilanda banjir bandang pada 2021, kini menjadi perbincangan di tingkat provinsi. Desa Baru melalui unit BUMDes Wake Berkah Abadi, yang tumbuh dari reruntuhan bencana, kini menjelma menjadi inspirasi pembangunan desa berbasis pariwisata.
Apresiasi datang dari berbagai pihak, termasuk Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Hulu Sungai Tengah, M. Ramadlan, yang menyampaikan penghargaan atas capaian luar biasa BUMDes tersebut. Wake kini masuk dalam jajaran kandidat BUMDes terbaik di Kalimantan Selatan tahun 2025.
“BUMDes yang lahir pasca bencana banjir bandang 2021 ini telah menunjukkan capaian luar biasa. Pada tahun 2024, mereka mencatatkan laba lebih dari Rp 250 juta dengan total kekayaan yang melampaui Rp 500 juta,” ujar Ramadlan.
Penilaian BUMDes Wake dilakukan langsung oleh tim dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Provinsi Kalimantan Selatan yang mengunjungi Desa Baru, Kecamatan Batu Benawa, beberapa waktu lalu. Tak hanya melihat catatan keuangan, tim juga menilai dampak sosial ekonomi yang dihasilkan dari aktivitas BUMDes.
Salah satu andalan Wake adalah pengelolaan wisata sungai yang kini menjadi magnet utama bagi pengunjung. Dari aliran air yang dulunya menghancurkan, kini lahir potensi wisata yang menghidupi.
Lebih dari sekadar angka dan laporan, Ramadlan menekankan pentingnya dukungan berkelanjutan bagi wisata desa yang dikelola oleh BUMDes. Disporapar HST, katanya, turut aktif dalam mendampingi pengembangan wisata melalui berbagai bentuk dukungan.
“Kita intens dalam memperhatikan perkembangan wisata, khususnya di Desa Baru. Kadang-kadang kita diskusi soal pengembangan dan kita dorong agar BUMDes bisa lebih mandiri dan berani ekspansi usaha, bahkan keluar desa kalau memungkinkan,” katanya.
Dukungan itu hadir dalam bentuk nyata: mulai dari pemasangan plang penunjuk arah wisata, hingga pembinaan dan diskusi yang terus digalakkan. Bagi Ramadlan, keberhasilan tidak hanya soal program, tetapi juga tentang kolaborasi antara pemerintah desa, pengelola wisata, dan masyarakat.
Peran kepala desa pun tak luput dari apresiasi. Ramadlan menyoroti Desa Gunung Titi sebagai contoh lain yang mulai menunjukkan geliat pariwisata, terutama setelah terbentuknya Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di sana.
“Di Gunung Titi, kita inisiasi pembentukan Pokdarwis, pembangunan gazebo, dan lainnya. Alhamdulillah berjalan baik, pembakalnya sangat aktif, bahkan kini Gunung Titi belajar ke Wake,” ungkapnya.
Ia menegaskan, keberhasilan pengembangan wisata desa tidak bisa lepas dari sinergi antara BUMDes dan Pokdarwis. Di beberapa desa seperti Haliau, Limbuhang, dan Gunung Titi, model kolaboratif seperti ini mulai menampakkan hasil.
“Kita salut dengan kerja keras Pokdarwis, kepala desa dan jajaran BUMDes di Wake. Mereka benar benar tahan banting dan bisa jadi percontohan untuk seluruh HST. Harapannya Wake bisa terus berkembang bahkan menorehkan prestasi di tingkat nasional,” pungkas Ramadlan.