PesonaKalimantan – Iklan makanan dan minuman tinggi gula, garam, serta lemak kini membanjiri platform digital, menyasar anak-anak sebagai target utama. Fenomena ini mengemuka dalam diskusi daring yang diselenggarakan UNICEF bersama Kementerian Kesehatan RI pada 10 Juli 2025, yang menyoroti lemahnya regulasi dalam melindungi anak dari promosi makanan tidak sehat di ranah digital.
Dalam riset terhadap 295 konten iklan dari 20 merek populer di Indonesia, UNICEF menemukan bahwa sekitar 85 persen promosi digital menampilkan produk yang tidak sesuai dikonsumsi anak-anak berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Iklan-iklan ini muncul masif di TikTok, Instagram, Facebook, dan X (Twitter), dengan strategi visual yang memikat anak-anak—menggunakan karakter kartun, selebriti muda, hadiah menarik, hingga tantangan (challenge) yang viral.
Masalahnya, anak-anak belum mampu membedakan antara iklan dan hiburan, membuat mereka mudah terpengaruh dan terdorong untuk mengonsumsi makanan yang sebenarnya tidak baik bagi kesehatannya.
Survei Kesehatan Indonesia membeberkan fakta yang mencemaskan:
1 dari 5 anak usia 5–12 tahun mengalami kelebihan berat badan
14,3% remaja 13–18 tahun juga mengalami kelebihan berat badan
Konsumsi buah dan sayur harian anak masih sangat rendah
Lebih dari 50% anak rutin mengonsumsi minuman manis
Tren ini mengindikasikan bahwa pola makan anak kini lebih banyak dipengaruhi konten digital ketimbang edukasi gizi yang benar.
Sayangnya, hingga kini Indonesia belum memiliki aturan khusus untuk membatasi iklan makanan tidak sehat kepada anak-anak, khususnya di platform digital. Celah regulasi ini dimanfaatkan produsen makanan dan minuman untuk melakukan promosi agresif tanpa pengawasan berarti.
UNICEF bersama Kemenkes RI menyerukan langkah konkret:
Melarang seluruh bentuk iklan makanan tidak sehat yang ditujukan untuk anak-anak, termasuk melalui influencer
Menghentikan strategi iklan manipulatif seperti hadiah, game, diskon, dan karakter kartun
Menerapkan sistem klasifikasi gizi nasional, agar publik bisa membedakan mana produk yang sehat dan tidak
Para ahli kesehatan mengingatkan, paparan iklan makanan tidak sehat yang terus-menerus dapat membentuk pola makan buruk sejak usia dini. Jika tidak segera ditangani, risiko obesitas, diabetes tipe 2, hipertensi, bahkan penyakit kronis lainnya di usia muda bisa meningkat tajam.
Tanpa intervensi kebijakan yang tegas, masa depan kesehatan generasi muda Indonesia terancam. Peran keluarga, sekolah, dan negara mutlak diperlukan untuk melindungi anak dari pengaruh digital yang menyesatkan.