PesonaKalimantan – Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China kembali meningkat dengan diberlakukannya tarif baru pada ekspor kedua negara. Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan melakukan pembicaraan telepon dalam waktu dekat untuk membahas eskalasi ini.

Mulai Senin (3/2/2025) tengah malam, AS resmi memberlakukan tarif tambahan 10% pada berbagai barang impor dari China. Sebagai respons cepat, China membalas dengan tarif 15% untuk batu bara dan gas alam cair AS, serta tarif 10% pada minyak mentah, mesin pertanian, dan sebagian mobil asal AS.

Sementara itu, Trump menangguhkan kenaikan tarif 25% untuk ekspor dari Meksiko dan Kanada selama satu bulan. Hal ini terjadi setelah kedua negara sepakat meningkatkan upaya menekan aliran fentanil ke AS, zat opioid mematikan yang telah menyebabkan ratusan ribu kematian di Amerika.

Trump menegaskan bahwa kebijakan tarifnya terhadap China bertujuan untuk menekan Beijing agar memperketat pengawasan terhadap bahan kimia prekursor yang digunakan kartel narkoba Meksiko dalam produksi fentanil.

Pemerintah China menyatakan bahwa langkah AS melanggar aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan justru merusak hubungan perdagangan kedua negara. Selain tarif balasan, Beijing juga mulai mengontrol ekspor elemen penting bagi industri teknologi AS, seperti tungsten, tellurium, bismuth, molybdenum, dan indium.

China juga memasukkan dua perusahaan AS, PVH Group (pemilik Calvin Klein dan Tommy Hilfiger) dan perusahaan bioteknologi Ilumina, ke dalam daftar entitas yang tidak dapat diandalkan. Keputusan ini bisa membatasi aktivitas bisnis kedua perusahaan di China.

Meskipun tarif China menargetkan sektor energi dan otomotif AS, dampaknya terhadap ekonomi AS dinilai masih terbatas. Pasalnya, ekspor gas alam cair AS ke China hanya mencapai 2,3% dari total ekspor gas AS pada tahun 2023. Namun, tarif ini dapat memukul produsen otomotif seperti General Motors dan Ford, yang baru saja menambah model kendaraan di pasar China.

Di sisi lain, kontrol ekspor elemen teknologi dari China berpotensi mengganggu industri teknologi AS, yang sangat bergantung pada pasokan bahan-bahan tersebut.

Gedung Putih mengonfirmasi bahwa pembicaraan telepon antara Trump dan Xi Jinping sedang dijadwalkan. Pertemuan ini menjadi momen krusial dalam menentukan arah kebijakan perdagangan kedua negara ke depan.

Akankah perang dagang ini semakin memanas atau ada peluang untuk mencapai kesepakatan? Semua mata kini tertuju pada langkah selanjutnya dari kedua pemimpin ekonomi terbesar dunia ini.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *